-RESUME-
KEBIJAKAN POLITIK ORDE LAMA “Pidato NAWAKSARA”

            Pidato Nawaksara ini berisi tentang sembilan ucapan presiden Soekarno. Pertama adalah Retrospeksi yang berisi tentang “Ambeg Parama-Arta” dimana MPRS telah memberikan kekuasaan penuh terhadap Soekarno untuk menjadi Pemimpin Besar Revolusi Indonesia. Selain itu berisi tentang Mandataris MPRS dimana MPRS bertugas untuk menetapkan garis-garis besar haluan negara. Yang terakhir adalah mengenai sidang umum MPRS ke II yang menetapkan Soekarno sebagai prsiden seumur hidup.
            Kedua adalah tentang landasan kerja melanjutkan pembangunan yang bertekankan pada Trisakti serta berpedoman pada amanat Soekarno yaitu Ambeg Parama-Arta dan Berdikari sebagai landasan kerja. Selain itu berisi tentang rencana ekonomi perjuangan yang menekankan pada prinsip Berdikari yang berarti tidak mengurangi, melainkan memperluas kerjasama Internasional tetapi tidak menyandarkan diri kepada bantuan negara atau bangsa lain dalam pembangunan.
            Ketiga adalah tentang hubungan politik dan ekonomi. Yang Keempat adalah mengenai detail tugas-tugas ke-DPR. Yang kelima adalah mengenai Indonesia masih tetap dalam demokrasi terpimpin. Keenam berisi tentang rintisan jalan kearah pemurnian pelaksanaan UUD 1945. Dalam hal ini Soekarno dengan surat tertanggal 4 Mei 1966 kepada Pimpinan DPRGR memajukan :
a. RUU Penyusunan MPR, DPR dan DPRD.
b. RUU Pemilihan Umum.
c. Penetapan Presiden No.3 tahun 1959 jo. Penetapan Presiden No.3 tahun 1966 untuk diubah menjadi Undang-Undang supaya DPA dapat ditetapkan menurut pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
            Ketujuh berisikan tentang wewenang MPR dan MPRS. Kedelapan berisikan tentang kedudukan presiden dan wakil presiden. Dan yang terakhir berisi penutup yaitu kita harus menyadari sepenuhnya perbedaan dan persamaannya antara MPRS sekarang, dengan MPR-hasil-pemilihan-umum yang akan datang, agar supaya benar-benar kemurnian pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 dapat dirintis bersama, sambil membuka lembaran baru dalam sejarah kelanjutan Revolusi Panca-Sila kita.






-RESUME-
KEBIJAKAN POLITIK ORDE LAMA “NASAKOM”
                Masa presiden Soekarno pernah muncul istilah nasakom yang merujuk pada ideology seseorang dalam berpolitik. Nasionalis cenderung pada sekuler, agama merujuk pada ideology Islam dan komunis adalah merujuk pada atheis (tak beragama).
            Republik Indonesia dibangun atas tiga dasar ideology : Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme. Bung Karno dengan jelas menghimbau akan adanya persatuan dari ketiga ideology besar tersebut, karena untuk membangun suatu bangsa dibutuhkan suatu konsep. Nasakom adalah sebuah konsep konstruktif yang jelas dan tegas.
            Bung Karno mengajarkan azas Nasionalisme, Agama/Islam, dan Marxisme/Komunisme (Nasakom) dengan tujuan mengikat seluruh himpunan masyarakat untuk berjuang bersama-sama. Ajaran Nasakom Bung Karno “diramu” sebagai azas kesatuan bangsa untuk menentang segala bentuk kapitalis imperialisme.
            Inti ajaran Nasakom adalah persatuan dan keseimbangan dunia, perimbangan kekuatan dunia dimata Bung Karno merupakan kebangkitan negara-negara terjajah.


-RESUME-
KEBIJAKAN EKONOMI ORDE LAMA “Gerakan Ekonomi Benteng”
            Kebijakan ekonomi orde lama dengan menganut system ekonomi gerakan benteng merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia untuk mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa cabinet natsir yang direncanakan oleh Sumitro Djojohadikusumo sebagai menteri perdagangan.
            Program ini bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi colonial menjadi struktur ekonomi nasional (Pembangunan Ekonomi Indonesia). Dalam program ini mempunyai dampak yaitu menjadi salah satu sumber defisit keuangan, sehingga menteri keuangan Jusuf Wibisono memberikan bantuan terhadap pengusaha pribumi dengan dapat mengehemat devisa dengan mengurangi volume impor.


-RESUME-
KEBIJAKAN EKONOMI ORDE LAMA “Gerakan Ekonomi Alibaba”
            Kebijakan Ekonomi Orde Lama yaitu Gerakan Ekonomi Alibaba ternyata diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo yang dimaksudkan adalah Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi sedangkan Baba sebagai pengusaha non pribumi khususnya Cina. Dengan program ini pengusaha pribumi diwajibkan untuk memberikan pelatihan dan tanggungjawab kepada rakyat Indonesia dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta, serta perlindungan kepada perusahaan Indonesia untuk bersaing dengan perusahaan asing yang ada.
            Akan tetapi pada program ini tidak bisa berjalan dengan lancar karena Indonesia menerapkan system liberal sehinggaa lebih mengutamakan persaingan bebas, pegusaha pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar bebas, serta pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapat bantuan kedit dari pemerintah.



-RESUME-
KEBIJAKAN EKONOMI ORDE LAMA “Gerakan Gunting Syafrudin”
            Dalam kebijakan ekonomi orde lama, Syafruddin Prawiranegara yang menjabat sebagai menteri keuangan dalam cabinet Hatta melaksanakan pengguntingan uang dari nilai Rp 5 keatas, sehingga nilainya tinggal setengah atau separuh yang masing-masing guntingan uang mempunyai daya tukar yang berbeda. Sehingga banyak masyarakat yang mengkritik kebijakan moneter tersebut karena suatu alasan pembayaran yang cukup rumit menurut bangsa Indonesia.


-RESUME-
KEBIJAKAN POLITIK ORDE LAMA “Pidato Jas Merah”
            Pidato Jas Merah dibacakan oleh Bung Karno pada tahun 1966, Jas Merah merupakan pidato terakhir Bung Karno setelah “Capailah Bintang-Bintang di Langit (Berdikari)”, “Tahun Vivere Pericocdoso (Tavip)”, “Genta Suara Revolusi Indonesia (Gusuri)”, “Tahun Kemenangan (Takem)”, dan “Revolusi-Sosialisme Indonesia-Pimpinan Nasional (Resopim)”.
            “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (Jas Merah)” adalah petuah Bung Karno yang selamanya. Bung Karno menyebutkan berkali-kali dalam pidatonya bahwa sejarah adalah hal 
terpenting yang harus dipelajari segenap anak bangsa.


-RESUME-
KEBIJAKAN POLITIK ORDE LAMA “Politik Mercusuar”
            Politik Mercusuar adalah politik yang dijalankan oleh Presiden Soekarno pada masa demokrasi terpimpin yang bertujuan menjadikan Indonesia sebagai mercusuar yang dapat menerangi jalan bagi New Emerging Forces (kekuatan baru yang sedang tumbuh) di dunia. Proyek ini dilakukan tanpa adanya social control dan sangat bergantung pada negara-negara besar hingga Soekarno membentuk kelompok-kelompok negara yaitu NEFOS dan OLDEFOS dengan tujuan untuk membentuk suatu kelompok negara yang berdasarkan persahabatan, menciptakan rasa simpati, serta membentuk kekuatan negara yang baru lahir atau merdeka dengan dibantu oleh negara adidaya.
Proyek-proyek besar dan spektakuler pun diselenggarakan dengan harapan dapat menempatkan Indonesia pada kedudukan terkemuka di kalangan Nefo. Politik ini dilaksanakan dengan pembangunan Indonesia terhadap berdirinya Yayasan Gelora Bung Karno yang mencapai 300 hektar yang meliputi Hotel Mulia, Stadion Utama Senayan, stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI), Gelanggang Olahraga sampai kompleks Canefo.
            Dengan segala macam keterbatasan dana dan SDM, Bung Karno dengan gagah dan semangat mencanangkan tiang pertama pembangunan Stadion Utama Senayan . Ini merupakan peristiwa penting dalam sejarah olahraga Indonesia bahwa pembukaan Stadion Utama Senayan akan digunakan untuk perlombaan olahraga bangsa-bangsa Asia pada tanggal 24 Agustus 1962.



0 komentar:

Posting Komentar